Dalam zaman Indonesia Hindu daerah Malang dan sekitarnya merupakan suatu daerah ramai yang berkasnya masih nampak di mana-mana hingga kini. Banyak sisa bangunan yang didirikan di bawah pengaruh agama yang dianut waktu itu seperti Hindu, Budha maupun campuran anasir Budha dan Siwa.
Di antara sisa-sisa peninggalan itu terdapat bangunan tempat pemujaan raja atau leluhur raja yang umumnya kita kenal sebagai candi. Salah satunya adalah Candi Singosari di daerah Malang, Jawa Timur, di Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, dari Singosari setelah melewati pasar membelok ke kiri, kira-kira 300 meter kemudian di sebelah kanan, terdapat Candi Singosari. Tidak jauh dari sana di alun-alun terdapat dua arca penjaga besar. Banyak lagi arca dan bangunan candi yang ditempatkan di pinggir lapangan percandian. Semuanya itu merupakan sisa dari kelompok bangunan suci yang dahulu pernah meliputi suatu daerah yang luas di sebelah barat daya candi.
2. Kaki
Pada kaki candi terdapat bilik berisi sebuah yoni (lambang kewanitaan) yang biasanya terdapat dalam tubuh candi. Ini merupakan keistimewaan karena umumnya kaki candi memiliki ruangan.
Bilik-bilik lain yang dapat kita masuki melalui selasar keliling pada batur dan dahulu berisi arca Durga (utara), Ganesa (timur) dan Siwa Guru (selatan). Kecuali arca Guru, arca-arca lain sudah tidak ada di tempatnya. Di bilik tengah ini juga merupakan keistimewaannya, terdapat suatu saluran di bawah lantai bilik. Mungkin dahulu dipergunakan untuk mengalirkan air pembasuh linggayoni ke suatu pancuran (sekarang sudah tidak ada, tetapi bekasnya masih terlihat jelas).
Di atas bilik candi, maupun di atas relung terdapat hiasan kepala Kala. Dalam pada itu di sisi kiri kanan bangunan penampil yang ada di depan (barat) terdapat relung tempat arca Nandiswara dan mahakala.
3. Tubuh
Tubuh candi tidak memiliki bilik karena bilik candi terdapat di dalam kaki candi. Di bagian luar tubuh candi dibuat relung-relung tidak dalam yang semuanya kosong. Relung-relung tidak kelihatan karena tertutup oleh puncak-puncak keempat penampilannya. Apakah relung-relung itu dahulunya arca, tidak diketahui dengan jelas.
4. Atap
Bagian atap candi hanya sebagian saja yang tinggal. Berlawanan dengan bagian yang lain maka pada bagian atap ini telah selesai di pahat dengan hiasan yang halus, sedangkan bagian bawah masih polos. Ini menunjukkan kemungkinan cara menghias candi dimulai dari bagian atas. Kenyataan seperti ini sering kita jumpai pula pada candi-candi lain, misalnya Candi Sawentar di dekat Blitar.
Candi Singosari tidak berdiri sendiri. Di sekeliling halaman candi masih ditemukan banyak arca. Ditinjau dari jumlah dan sifat arca yang terdapat di situ, dapat disimpulkan mungkin dahulu terdapat sekurang-kurangnya lima bangunan suci, yang sebagian bersifat Siwa dan sebagian lagi Budha. Selain itu dari lapangan percandian ditemukan suatu prasasti berangka tahun 1351 M yang menyebutkan pendirian suatu bangunan suci untuk para penderita Siwa dan Budha yang meninggal bersama Kertanegara. Dari keterangan ini dapat disimpulkan bahwa Candi Singosari bersifat campuran Siwa-Budha. Ini tidak mengherankan mengingat agama yang dianut oleh Kertanegara merupakan campuran Siwa dan Budha, bercorak Tantra. Brangkali bangunan itu antara lain memuat arca Brahma dan beberapa arca kecil yang terdapat pada lapangan percandian.
Tidak jauh ke barat, di alun-alun, terdapat dua arca penjaga sangat besar. Arca-arca raksasa itu tidak dapat dipindahkan karena berat sekali dan tentunya berdiri di situ masih pada tempatnya yang asli, sebagai menjaga jalan masuk ke percandian yang sangat luas di belakangnya. Tingginya 3,70 m dan satu di antaranya terpendam sampai ke pusatnya. Arca-arca ini mempunyai tali ular melilit pada bahannya; sedangkan kepalanya dihiasi dengan jamang ular dengan sejumlah tengkorak.
Kertanegara adalah raja terakhir. Kerajaan Singosari yang memerintah tahun 1268-1292 M. Ia adalah anak Wisnuwardhana. Sejak tahun 1254 M sudah dinobatkan sebagai Yuwaraja (Raja muda). Biasanya raja muda ini sebelum menggantikan raja yang berkuasa penuh diberi kedudukan sebagai raja di suatu daerah/wilayah. Pada masa pemerintahannya dianggap telah menghina Kaisar Mongol Kubhilai Khan karena selain tidak mau tunduk, ia telah melukasi muka utusannya yaitu Meng-chi, sehingga Khubilai Khan memutuskan menggempur Jawa sebagai hukuman atas tindakan Kertanegara tersebut. Penyerangan ini dilakukan tahun 1292 M dipimpin oleh tiga panglima perang yaitu Shih-Pi, Iheh-Mi-Shih dan Kau Hsing. Sementara itu di dalam negeri sendiri Kertanegara menghadapi pemberontakan yang dipimpin Jayakatwang, raja bawahan Kertanegara. Kertanegara gugur dan dicandikan di Singosari.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa Singosari memegang peranan penting di masa lalu, maka peninggalan-peninggalannya yang tersisa patutlah dilestarikan sebagai benda cagar budaya seperti diatur dalam Undang-Undang No.5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya yang antara lain berbunyi: Upaya melestarikan benda cagar budaya dilaksanakan selain untuk memupuk rasa kebanggaan nasional dan memperkokoh kesadaran jatidiri sebagai bangsa yang berdasarkan Pancasila, juga untuk kepentingan sejarah, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan pemanfaatan lain dalam rangka kepentingan nasional.
Tips Perjalanan
sumber :
Tim Koordinasi Siaran Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1995. Aneka Ragam Khasanah Budaya Nusantara VI. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Di antara sisa-sisa peninggalan itu terdapat bangunan tempat pemujaan raja atau leluhur raja yang umumnya kita kenal sebagai candi. Salah satunya adalah Candi Singosari di daerah Malang, Jawa Timur, di Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, dari Singosari setelah melewati pasar membelok ke kiri, kira-kira 300 meter kemudian di sebelah kanan, terdapat Candi Singosari. Tidak jauh dari sana di alun-alun terdapat dua arca penjaga besar. Banyak lagi arca dan bangunan candi yang ditempatkan di pinggir lapangan percandian. Semuanya itu merupakan sisa dari kelompok bangunan suci yang dahulu pernah meliputi suatu daerah yang luas di sebelah barat daya candi.
- Deskripsi Bangunan
2. Kaki
Pada kaki candi terdapat bilik berisi sebuah yoni (lambang kewanitaan) yang biasanya terdapat dalam tubuh candi. Ini merupakan keistimewaan karena umumnya kaki candi memiliki ruangan.
Bilik-bilik lain yang dapat kita masuki melalui selasar keliling pada batur dan dahulu berisi arca Durga (utara), Ganesa (timur) dan Siwa Guru (selatan). Kecuali arca Guru, arca-arca lain sudah tidak ada di tempatnya. Di bilik tengah ini juga merupakan keistimewaannya, terdapat suatu saluran di bawah lantai bilik. Mungkin dahulu dipergunakan untuk mengalirkan air pembasuh linggayoni ke suatu pancuran (sekarang sudah tidak ada, tetapi bekasnya masih terlihat jelas).
Di atas bilik candi, maupun di atas relung terdapat hiasan kepala Kala. Dalam pada itu di sisi kiri kanan bangunan penampil yang ada di depan (barat) terdapat relung tempat arca Nandiswara dan mahakala.
3. Tubuh
Tubuh candi tidak memiliki bilik karena bilik candi terdapat di dalam kaki candi. Di bagian luar tubuh candi dibuat relung-relung tidak dalam yang semuanya kosong. Relung-relung tidak kelihatan karena tertutup oleh puncak-puncak keempat penampilannya. Apakah relung-relung itu dahulunya arca, tidak diketahui dengan jelas.
4. Atap
Bagian atap candi hanya sebagian saja yang tinggal. Berlawanan dengan bagian yang lain maka pada bagian atap ini telah selesai di pahat dengan hiasan yang halus, sedangkan bagian bawah masih polos. Ini menunjukkan kemungkinan cara menghias candi dimulai dari bagian atas. Kenyataan seperti ini sering kita jumpai pula pada candi-candi lain, misalnya Candi Sawentar di dekat Blitar.
Candi Singosari tidak berdiri sendiri. Di sekeliling halaman candi masih ditemukan banyak arca. Ditinjau dari jumlah dan sifat arca yang terdapat di situ, dapat disimpulkan mungkin dahulu terdapat sekurang-kurangnya lima bangunan suci, yang sebagian bersifat Siwa dan sebagian lagi Budha. Selain itu dari lapangan percandian ditemukan suatu prasasti berangka tahun 1351 M yang menyebutkan pendirian suatu bangunan suci untuk para penderita Siwa dan Budha yang meninggal bersama Kertanegara. Dari keterangan ini dapat disimpulkan bahwa Candi Singosari bersifat campuran Siwa-Budha. Ini tidak mengherankan mengingat agama yang dianut oleh Kertanegara merupakan campuran Siwa dan Budha, bercorak Tantra. Brangkali bangunan itu antara lain memuat arca Brahma dan beberapa arca kecil yang terdapat pada lapangan percandian.
Tidak jauh ke barat, di alun-alun, terdapat dua arca penjaga sangat besar. Arca-arca raksasa itu tidak dapat dipindahkan karena berat sekali dan tentunya berdiri di situ masih pada tempatnya yang asli, sebagai menjaga jalan masuk ke percandian yang sangat luas di belakangnya. Tingginya 3,70 m dan satu di antaranya terpendam sampai ke pusatnya. Arca-arca ini mempunyai tali ular melilit pada bahannya; sedangkan kepalanya dihiasi dengan jamang ular dengan sejumlah tengkorak.
- Latar Belakang Sejarah
Kertanegara adalah raja terakhir. Kerajaan Singosari yang memerintah tahun 1268-1292 M. Ia adalah anak Wisnuwardhana. Sejak tahun 1254 M sudah dinobatkan sebagai Yuwaraja (Raja muda). Biasanya raja muda ini sebelum menggantikan raja yang berkuasa penuh diberi kedudukan sebagai raja di suatu daerah/wilayah. Pada masa pemerintahannya dianggap telah menghina Kaisar Mongol Kubhilai Khan karena selain tidak mau tunduk, ia telah melukasi muka utusannya yaitu Meng-chi, sehingga Khubilai Khan memutuskan menggempur Jawa sebagai hukuman atas tindakan Kertanegara tersebut. Penyerangan ini dilakukan tahun 1292 M dipimpin oleh tiga panglima perang yaitu Shih-Pi, Iheh-Mi-Shih dan Kau Hsing. Sementara itu di dalam negeri sendiri Kertanegara menghadapi pemberontakan yang dipimpin Jayakatwang, raja bawahan Kertanegara. Kertanegara gugur dan dicandikan di Singosari.
- Pemugaran
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa Singosari memegang peranan penting di masa lalu, maka peninggalan-peninggalannya yang tersisa patutlah dilestarikan sebagai benda cagar budaya seperti diatur dalam Undang-Undang No.5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya yang antara lain berbunyi: Upaya melestarikan benda cagar budaya dilaksanakan selain untuk memupuk rasa kebanggaan nasional dan memperkokoh kesadaran jatidiri sebagai bangsa yang berdasarkan Pancasila, juga untuk kepentingan sejarah, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan pemanfaatan lain dalam rangka kepentingan nasional.
Tips Perjalanan
- Candi Singosari terletak di Jalan Kertanegara Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Dari Kota Malang maka Anda dapat mencapainya sejauh kurang lebih 10 km ke arah utara. Sementara dari Surabaya kurang lebih berjarak 88 km ke arah selatan
- Untuk menuju Singosari dapat ditempuh dengan mobil atau taksi baik dari Malang maupun dari Surabaya atau Tretes. Taksi dan mobil dapat dengan mudah diperoleh di kota-kota tersebut. Sebagai kota tersibuk kedua di Indonesia, Surabaya dilayani oleh maskapai penerbangan domestik dan internasional.
sumber :
Tim Koordinasi Siaran Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1995. Aneka Ragam Khasanah Budaya Nusantara VI. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.